Ke tanah.


...manakala ia terjebak...
...pada tebing yg tinggi.
Tanpa dasar.
Ia mencintai dirinya sendiri.
Namun ia lelah.
Lelah mencari seseorang...
...yang cintanya begitu besar, bahkan lebih dari dirinya sendiri.
...karena jangankan untuk berbagi.
Ketika untuk merasa dicintai sedikit saja, ia memerlukan dunia dan seisinya.
Maka mampukah ia?
Ia tahu, ia tidak bisa berbagi.

Ia hanya ingin damai dalam dirinya.
Ia hanya ingin tinggal di sebuah gubug kecil yang tenang.
Tanpa beban.
Tanpa apapun untuk dirisaukan.
Hanya ia, dan tetes hujan.
Yang jatuh dengan pasrah.
Ke tanah.





Category: 0 komentar

Terlalu Rindu.

Dulu ku kenal rindu hanyalah sebagai kata.
Sebuah kata pendek untuk menggambarkan perpisahan yang menimbulkan rasa tidak nyaman, dengan jarak sebagai elemen utama.
Aku kira sakitnya didera rindu hanyalah mitos belaka.
Sampai aku mengenalmu, Bisma.

Berulang kali kuruntuki jarak yang teramat jauhnya.
Tiada henti kubenci perpisahan yang merenggutmu dari pandangan mata.
Lagi-lagi kusesali mengapa kita bernaung di kota yang berbeda.
Ya, sudah kurasakan sendiri, rindu memang menyiksa.
Aku kena batunya.

Bisma, Bisma, Bisma..
Tertinggal di mana sayapmu, hingga kau teramat wajarnya terlihat seperti manusia biasa?
Jujur aku ingin sekali memergoki engkau melepas sayapmu, supaya aku yakin senyum di bibirmu itu tidaklah pantas dimiliki makhluk fana.
Ya...kau terlampau sempurna. 

Sejak pertemuan pertama kita di ujung senja, wajahmu dengan brutal muncul tiada henti.
Jangankan untuk menulis, memilih menu makanan pun rasanya sangat sukar aku berkonsentrasi.
Otak ini penuh sesak dengan pahatan garis rahang dan mata elokmu yang melecut imaji.
Ah...lalu aku harus bagaimana lagi?

Aku rindu senyum sempurna dari sudut bibirmu.
Aku rindu sepasang mata teduhmu yg sukses mengacaukan ritme jantungku sementara waktu. 
Aku rindu hangat telapak tanganmu yg membuatku enggan melepaskannya walaupun tersipu.
Aku rindu rahang indahmu yg diukir entah dengan cara apa hingga mampu membuatku terpaku.
Intinya, aku rindu kamu.
Iya. Aku rindu.




Category: 0 komentar

Aku, Kau, dan Rendezvous Kita di Ujung Senja

Tentang aku...
Yang mengenalmu di penghujung senja.
Kala aku duduk sendiri termenung menghitung gulungan ombak tanpa bosan.
Menatap cakrawala jingga yg memukau.
Di suatu pantai dgn matahari terbenam yg terlampau indah.
Yang kemudian tanpa sengaja, cahaya matahari terakhir sebelum bagaskara terbenam, membias di antara lembut lekuk wajahmu...
Aku membeku.
Aku hanya tahu, aku telah jatuh mendamba, aku jatuh cinta.
Pada saat itu juga.

Lalu saat kau dengan tiba-tiba memalingkan kepalamu, ke arahku.
Kau rekah senyum, yg Demi Tuhan, terlalu indah jika dimiliki oleh seorang manusia biasa.
Yang menyelisipkan sedikit curiga di hatiku, mungkinkah kau malaikat yg sedang menyamar.
Ah...aku meracau.
Kau berjalan ke arahku, memberikan senyum kedua yg membuatku ternganga.
Tubuhku dingin bagai sebatang bambu yg tertancap di tengah kali dan terkena arus deras air.
Kau berkata, "Hai....aku Bisma".
Tiga detik jantungku berhenti, karena suaramu yg begitu merdu.
Tergagap aku menimpali, "Oh! Hai...aku Kirana".
"Boleh aku duduk di kursi kosong sampingmu? Semua kursi penuh, aku hanya ingin menikmati sunset yg menakjubkan ini. Itu pun, jika kau tidak keberatan", kau bilang.
Dengan sangat salah tingkah, aku katakan "Tentu saja aku tidak keberatan. Silakan duduk dan menikmati sunset ini".
Kau ucapkan terima kasih, dengan mata yg berbinar.
Tak lupa kau rekahkan kembali senyum beracunmu, yg membuatku merasa seperti baru saja meminum 3 liter kopi hitam dgn kadar kafein tinggi.
Ya, aku tahu.
Aku akan terjaga sepanjang malam, karena efek kafein dalam senyummu, yg kelewat manis dan membuatku mencandu.

Kau tatap matahari yg mulai menghilang.
Oh Tuhan....
Aku merasa matahari ada dua.
Satu matahari yg sedang tenggelam di ujung laut sana, satu lagi sedang duduk di sampingku.
Fokusku terpecah.
Matahari tenggelam tidak tampak terlalu menarik lagi untuk aku perhatikan.
Aku lebih tergoda melirikmu diam-diam dan memperhatikan betapa sempurnanya Tuhan menciptakanmu.
Aku yakin kau makhluk kedua terindah di jagad ini.
...karena jika kau yg terindah, aku yakin Tuhan akan menyimpanmu utk Dia sendiri.
Tidak, aku baru saja sadar.
Bukan matahari terbenam hal terindah yg bisa dinikmati mata  ini.
Namun melihat bias terbenamnya matahari yg membaur dgn sempurna di paras elokmu.
Iya. Itulah hal terindah di mataku kini...



Category: 0 komentar

Hitam

Ku buka mataku.
Tak ku lihat lagi keindahan itu.
Kepingan rasa itu telah musnah dari hatimu.
Terserak semua serpihan di padang jiwa.

...dan renungan kembali bergulir.
Hampa.
Pernah memiliki, namun berlalu terhapus waktu.
Berdiri, mencoba berdiri. 
...di atas teguhku.
Tiada dayaku.
Hancur. 
Remuk.
Lantak.

...ku cari apa yg tersisa di lembayung senja.
Sudah lewat, semua yg pernah kau janjikan.
Aku luruh dalam keriangan semu yg kau hadirkan.
Semua telah redup.
Lalu mati.

Category: 0 komentar