Segelas kopi dan senyummu...

Pagi menghadiahkan embun untuk tarikan nafas perdana kala kelopak mataku terbuka
Masih kulihat dipan yang sama, lemari yang sama, kaca yang sama, meja kursi yang sama
Seketika itu aku merasa ada godam yang menggempur dadaku, sakit, meremukkan hatiku
Duniaku terasa kosong, duniaku lowong
Karena apalagi, kalau bukan karena alpanya keberadaanmu di sini.

Namaku masih Nala, namamu pun masih sama

Namun semua partikel hidupku sudah berbeda, sejak terakhir kalinya kita berjumpa
Ketika aku menatapmu keluar dari pintu itu sambil menggelendot manja di lengannya
Aku masih di posisiku, di balik meja ini meracik segala macam kopi
Salah satu kopi yang kuracik, untukmu, tentu saja.

Aku syukuri setiap detik yang bisa kupakai untuk mencuri satu atau dua pandangan ke arahmu

Sungguh, hanya mencuri pandang pun aku sudah merasa terlampau bahagia
Asal bisa melihat setelan blus apa yang hari ini kau pakai, tatanan rambut apa yang kau pilih
Kau teramat eloknya, terlebih untuk digolongkan dalam ras manusia
Entah ras apa yang tepat, karena menurutku kau sepatutnya berasal dari salah satu ras peri di film Lord of The Ring

Untuk kopimu, aku selalu meraciknya istimewa

Bukan apa-apa, aku hanya ingin harimu sempurna dengan kopimu yang nikmat pada setiap pagi
Aku selalu menunggu ketika pelayan mengantarkan kopi ke mejamu, aku menunggu kau melakukan regukan yang pertama
Kau tahu kenapa? Momen regukan pertamamu sungguh elok
Gelas akan menempel di bibirmu, kopi akan meluncur masuk dan menghangatkan kerongkonganmu.
Lalu sampailah pada momen yang aku tunggu, kau tersenyum amat sangat manis sebelum meletakkan gelasmu.
Ya, kau tersenyum....dengan begitu memabukkannya

Hari-hari macam itu bergulir cukup lama. Setahun, dua tahun, tiga tahun. Hingga aku terbiasa.

Aku selalu benci dengan hari Sabtu dan Minggu, karena pada kedua hari itu, kau tak pernah muncul
Pada hari Senin, aku serasa punya tenaga ekstra. Aku akan melihatmu tersenyum lagi pagi ini!
Kopimu selalu sama, cara meracikku untukmu selalu sama, seperti yang kau suka
Dan seperti kataku, kopi untukmu selalu kubuat istimewa

Lalu tibalah hari, ketika kau tidak lagi memesan kopi untukmu sendiri

Ada seorang pria bersamamu, yang kau pesankan kopi sama dengan yang biasa kau nikmati
Kau sapa dia dengan sebuah nama, "Bara"
Aku?
Jangan tanya. Rasanya senyummu sudah tak semanis biasanya

Semenjak hari itulah, semua berubah

Tak ada lagi senyummu yang bisa kunikmati untukku sendiri
Karena aku sangat tahu untuk siapa senyum itu kau rekah
Untuk seorang pria nan tampan di sampingmu
Yang memonopoli senyummu untuk dirinya sendiri

Hingga datanglah hari penutup kita

Kau nampak begitu ceria, kau nampak teramat bahagia
Kau berjalan ke arahku, kau berkata "Terima kasih, Nala. Untuk kopi yang nikmat ini setiap hari. Besok aku akan menikah, datanglah. Setelah menikah aku akan pergi ke luar negeri."
Aku tertegun bagai tersiram seember air es, dingin, membeku
Bagaimana mungkin aku mampu melihatmu di altar itu.....dengannya?

Kau letakkan undangan itu di meja, kau katakan bahwa kau ingin dua kopi seperti biasanya

Aku tersenyum pahit dan menganggukkan kepala, tanda setuju untuk menyiapkan kopi kesukaanmu
Aku segera racikkan kopi paling istimewa itu, sembari menahan tetesan air mata agar tak runtuh serta merta
Aku kembali melihat pelayan meletakkan kopi pesananmu di meja
Untuk terakhir kalinya, aku melihatmu mengangkat gelas itu untuk kau dekatkan ke bibirmu, cairan hitam itu meluncur. Dan aku melihat senyummu.
Senyum termanis yang pernah aku lihat, yang beberapa saat lagi akan berlalu melintasi bingkai mataku...

Pagi menghadiahkan embun untuk tarikan nafas perdana kala kelopak mataku terbuka

Masih kulihat dipan yang sama, lemari yang sama, kaca yang sama, meja kursi yang sama
Seketika itu aku sadar bahwa hari-hari berhiaskan senyummu telah berlalu
Duniaku terasa kosong, duniaku lowong, namun aku harus terus hidup
Dengan sebuah harapan bahwa kelak, suatu saat nanti, aku dapat memandang senyummu lagi...



Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar