Hanya ada kita.



putik sari meranggas sejak kemarau tiba
kupu-kupu tak nampak mengepakkan sayap
daun terlalu lelah berfotosintesis
yang tinggal, hanya hampa

kanvas langit muram saja
bintang pun menyepi
tiada awan, tiada bayu mengurai mega
hanya pada bulan sang bintang menceritakan lukanya

harmoni derak batang kayu melengkapi
bergeretak, menyebarkan nuansa nan nyeri
cermin-cermin berjatuhan
pecah berhamburan menjadi serpih kaca berkilauan

dentum jiwa menggema sepanjang lorong biara
meresonansikan segala asa yang terlantar
nanti, tiada luka lagi, tiada bulir kristal mata lagi
hanya ada kita.


Category: 0 komentar

Yudhiters.

    Just another night. Aku tidur lebih awal, entah apa sebabnya. Tapi seperti biasa, terbangun lagi tepat pada shift pergantian hari. Sepertinya aku akan terjaga sampai pagi, lagi.


  Hari ini mungkin tak jauh berbeda dari hari-hari biasanya. Ada kau yang datang menemuiku, membawakanku sesuatu. Seperti yang selalu kau lakukan. Hari ini kau bawakan aku cimol dan kentang. Ya, aku sangat menyukainya. Aku tahu kau juga suka. Kita memakannya berdua, kau sesekali menyuapiku. Aku selalu suka caramu memanjakanku. Aku suka.

    Lalu aku mulai bertanya apakah kau sayang padaku. Kau bilang, "Tidak," sambil kemudian melirikku dengan gemas. Kau lanjutkan, "Tentu saja sayang. Masih kurangkah yang aku lakukan untuk membuktikan bahwa aku sayang padamu?". Aku tidak menjawab. Hanya menatapmu sebentar, kemudian memelukmu. Aku berujar dengan lirih, "Aku takut kau bosan padaku. Aku tidak ingin kehilanganmu". Kau memelukku lebih erat. Ah, aku tahu. Aku percaya bahwa kau takkan bosan. Setidaknya untuk yah, kurang lebih, 93 tahun ke depan.

    Aku bukanlah yang "ter". Tercantik, terbaik, terpandai. Tapi aku ingin menjadi seseorang yang bisa membuatmu merasa nyaman. Mungkin, aku akan belajar mengerem aktivitas bibirku yang hiperaktif. Nyerocos terus dan mengomel sampai kamu bisa menirukan omelanku. Mendengarkan semua ceritamu, menghapus air matamu, memberikan semangat di saat kau merasa lelah;atau kalah. Aku tidak peduli ada siapa di luar sana. Seburuk apapun hariku, aku selalu merasa lebih baik ketika bersamamu. Untukku, kau terbaik. Kau tidak pernah kalah. Oleh apapun. Oleh siapapun. You're my idol, you're my hero, cause I'm Yudhiters. Such a crazy fan of you. (:

    Aku berharap kita bisa bersama, bertemu, berbagi hari, tertawa bersama, sebanyak yang bisa kita lakukan. Sebelum nantinya hari itu datang, dimana aku harus pergi untuk sementara waktu, mengejar mimpi orang tuaku, mimpiku, membangun mimpi kita. Tidak, aku tidak pergi untuk selamanya. Jarak bukan sesuatu yang membuatku takut. Membuatku sedikit cemas, iya. Aku tidak akan bisa menggenggam tanganmu, menikmati pelukanmu, mendengar merdu suaramu sesering yang kita biasa lakukan. Tapi kau tahu aku akan pulang, aku pasti pulang, kembali ke pelukanmu. 
Karena seperti yang (mungkin) sudah kau tahu, pelukanmu adalah rumah keduaku, setelah rumah ibuku. 


                         




Category: 0 komentar

Rindu ? Bisa jadi.


Kularung rindu di hamparan samudra memori kita.
Kuharap ia tersampaikan bersama frekuensi alpha dalam lamunku.
..karena rinduku padamu teramat sedap, tak terperi.
Kuramu dari sebentuk garis indah mata,
..dan segenggam rekah tawamu,
..yang tergambar jelas di benakku, di imaji..
..yang ku putar ulang dalam otakku..
..di suatu senja yang bergulir,
..dimana kala itu ada kau dan aku, berdua menyapa senja..
..dimana senyummu, teramat elok berbingkai langit merah cakrawala.
Semoga rinduku segera berlabuh di dermagamu..

Category: 0 komentar

Perubahan hidupmu, mungkin juga hidupku....

...selalu ada yang berubah karena hidup itu dinamis. Tidak semua perubahan menyenangkan. Tidak semua perubahan sesuai dengan keinginan. Mau tidak mau, suka tidak suka, perubahan itu sesuatu yang tidak perlu lagi bukti, karena perubahan itu PASTI terjadi

Duniaku berubah karena ada kamu. Mungkin bisa dibilang sangat jauh berubah karena kamu. Semuanya jadi serba K-A-M-U. Pagi, siang, sore, malam. Mungkin yang aku pikirkan cuma kamu. Haha. Agak berlebihan. Tapi aku hanya tahu hari-hariku penuh dengan kamu. 

Aku tahu akan ada perubahan yg terjadi sebentar lagi. Perubahan dalam hidupmu, yang (mungkin) mempengaruhi hidupku. Tidak, aku senang dengan perubahan ini; karena seperti katamu; "One step closer". Aku bersyukur puasa yang kulakukan tak sia-sia. Aku yakin kau mengerti apa yang aku pikirkan, apa yang ku takutkan dari ini semua. Konyol memang, tapi aku juga tak tahu mengapa aku merasa begini. Aku hanya takut.....kehilanganmu.

Banyak pertanyaan yang sering muncul dalam otakku. Seperti "Apakah kita masih bisa seperti dulu ?", "Apakah hari-hari kita masih bisa sepanjang dulu ?". Lalu ada juga semacam "Apakah aku akan tetap menjadi satu-satunya di hatimu, sedangkan di luar sana nanti akan ada banyak orang yang lebih dariku ?". Lebih dari itu semua, aku sering bertanya-tanya "Apakah kau nanti akan tetap punya waktu untuk bersamaku, memeluk dan memanjakanku ?". Kadang, aku hanya ingin menjalani tanpa bertanya. Tapi aku tak bisa. Aku belum bisa...

Mungkinkah aku phobia pada kesepian ? Atau aku terlalu mencandu pelukmu ? Atau parahnya, keduanya ? Entahlah. Aku hanya merasa waktu 12 jam sekalipun akan berjalan 12 menit saat bersamamu. Sebaliknya, 12 menit tanpamu, akan menjadi 12 jam berlalu. Setiap kau tidak disini, aku merasa "sinar" dalam diriku hilang. Ya, aku redup. Tanpamu. 

Untuk setiap tawa sederhana kita, aku sungguh bahagia. Seribu kali kau panggil aku "bodoh"-pun, aku tak akan marah. Aku tahu itu hanya caramu menggodaku. Seratus kali kau mencubit pipiku, aku tak keberatan. Aku mengerti itu kau lakukan karena kau amat gemas padaku. Sejuta kali pun kau terlelap lebih dulu dan meninggalkanku terjaga, aku akan mengerti. Karena aku sayang kamu. 

Malam ini, kau berbeda. "Seperti menancapkan bendera merah putih di puncak Merbabu. Merdeka !!", katamu tadi. Ya, kau akan segera merdeka, sayang. Kau pasti sangat bahagia, aku pun. Aku tidak ingin kehilanganmu,sayang. Kau tak tahu, berapa lama waktu aku habiskan untuk menunggumu datang. Melacak keberadaanmu yang terselip di antara kerumunan manusia yang bernafas di muka dunia. Kau tak tahu berapa liter air mata yang harus kubuang, tersakiti oleh orang-orang yang salah sebelum kau datang. Tapi berliter air mataku adalah jumlah yang pantas. Itu harga yang harus kubayar untuk menebus pertemuanku; denganmu; separuh diriku yang lain...

Nanti setelah hari-hari barumu dimulai, masih ada waktu untuk "kita" kan ? Aku harap masih. Meskipun itu sekedar untuk makan seplastik kacang rebus, berdua, sambil berdebat tentang apapun, tanpa ada habisnya...



NB : Tentang caramu membujukku, kau harus ajarkan itu pada anak kita (nanti). Anak kita nantinya pasti akan sangat bandel. Bagaimana tidak ? Apapun kesalahan yang ia buat, ia tahu bagaimana cara meminta maaf pada ibunya. Tahu bahwa dengan cara itu, ia akan selalu dimaafkan. Persis ayahnya.



Category: 0 komentar

World's best boyfriend (ever).




....aku hanya merasa tidak bisa memberikan apa-apa untuk mengimbangi apa yang kau berikan. Terima kasih untuk semua kasih sayang, kesabaran, waktu, tawa, semangat, pelukan, hadiah dan segala hal yang tak bisa kusebutkan satu-persatu (saking banyaknya). Terima kasih. Kau yang terbaik dan akan selalu menjadi yang terbaik, buatku. Love you, mas musang. :D

PS : Bisakah sesekali kau mengalah ? Aku merasa tidak punya kesempatan untuk membahagiakanmu karena kau selalu memberikan lebih dari yang aku berikan. ): 

Category: 0 komentar

My all. My everything.

....tempurung otakku mungkin berkeletak tanpa suara
ya, hatiku pun
terserak tanpa siapa pun melihatnya
hatiku remuk, bukan patah

meraih mimpi yang bukan mimpiku
mengejar bis yang salah arah
mendaki gunung tanpa peta
seperti itukah, kiranya ?

aku tersesat, tak kusangkal
berulang kuyakinkan diri
bahwa ini memang alur semesta
sekedar naskah fana yang belum kubaca

...karena sebutan pahlawan hanya untuk mereka yang berjuang
...karena sebutan martir hanya untuk siapa pun yang berkorban
tiada gelar tanpa bakti
tiada nama besar tanpa hujan air mata dan cucuran keringat di dahi

aku akan mulai mengambil mata kuliah sihir semester depan
semua mimpimu, akan kau lihat dengan kedua mata sayumu
tiap tetes air matamu, akan menjadi aster bermekaran di halaman rumah kita
aku janji. aku janji. aku janji. 

perkataanmu adalah titah bagiku
ya, perkataanmu adalah kitab suci keduaku
ya, ucapanmu adalah kalam kompas hidupmu
kau - segalaku. 

karena aku......................putrimu.

PS : Love you, mum. 



Category: 0 komentar

Rindu dia, Yudhit-ku....

    Malam masih sama seperti beberapa minggu terakhir. Dingin membeku, menusuk sampai inti sumsum tulang. Membuat waktu terasa makin panjang untuk dilalui. Terasa makin lambat detik berjalan...


    Aku sendiri tidak mengerti apa yang salah. Makanan yang kumakan ? Minuman yang kuteguk ? Ataukah obat yang kutenggak ? Entahlah. Aku merasa ada yang hilang, di sini, di hatiku, saat terpisah darinya. Ya ya ya. Aku tak tahu apa yang orang-orang pikirkan saat perilaku ku menjadi begitu aneh. Setidaknya, sebagian dari mereka bertanya, kenapa. Aku jawab aku rindu padanya. Mereka bilang aku gila. Ya. Mereka bilang aku gila. Bah !! Bisanya mereka bilang begitu !! Memangnya mereka pikir mereka sia.... Atau mungkin aku memang sudah gila..... ????


    Mungkin aku (terlalu) terbiasa melihatnya. Hampir setiap hari. Dalam rentang waktu lebih dari 5 jam. Lalu tetiba aku tidak bisa memegang tangannya. Atau mencubit pipinya. Atau memeluknya. Atau; yang paling aku suka; membaui aromanya yang membuatku begitu nyaman di sisinya. Aku tidak terbiasa dengan ke-alpa-annya dari hari-hariku. Salah satu standar pengukur normal hariku adalah "dia", "keberadaannya". Ketika dia tak ada, aku merasa sangat tidak normal. Sangat-sangat tidak normal. Sangat amat tidak normal (Maaf untuk pengulangan tidak normal yang cukup banyak. Harap maklum, karena aku sepertinya memang sedang tidak normal).


    Merindukannya dalam waktu singkat memang memabukkan, indah, menyenangkan. Tapi jika dalam waktu panjang, uhm...sepertinya kurang nyaman. Aku jadi kehilangan mood, sejak pagi, sejak membuka mata. Aku merasa moodku berhamburan, aku menjadi luar biasa temperamen. Aku jadi mudah marah, pada siapa pun dengan kesalahan sekecil apapun. Ah, aku benci perasaan ini. Ingin kuhapus atau kuganti saja kode enkripsinya. Tapi bahkan menemukan tombol resetnya pun aku tak mampu. ah, dimana tombol resetnya ??


    Susah tidur juga menjadi salah satu gejala rindu yang tak tahu aturan ini. Dengan seenaknya rasa ini menyabotase jam tidurku. Membuatku terjaga sepanjang malam. Bahkan ketika aku bisa tidur pun, ia membuatku bermimpi yang menyeramkan, atau membuatku tidak bisa tidur nyenyak. Seperti kemarin malam, aku hanya ingat aku bermimpi melihat orang terjatuh dari lantai atas sebuah gedung. Ya, terus saja membuatku tersiksa. Dalam keadaan terjaga, aku tersiksa. Merindukannya, memikirkannya. Dalam keadaan tidur pun aku (masih) tersiksa. Rindu, sebenarnya apa maumu ?


    Lalu, entahlah. Aku hanya tak tahu apa ini atau mengapa begini. Aku hanya tahu aku rindu dia.. Aku ingin segera meringkuk di pelukannya, lagi...


NB : Ada baiknya jangan ada yang mendekat ketika aku sedang rindu padanya. Dikuatirkan bisa jatuh korban jiwa.




Category: 0 komentar

Ya, kamu...

..kala tarian hujan menyempurnakan senja kita,
aku tahu...
aku rasa, bahwa bukan bulir hujan yang menyempurnakan hariku
tapi kamu.
ya, kamu.


kita bukan pasangan tanpa cela,
karena aku bukan cinderella dan kau bukan pangerannya
kita hanyalah kita,
sepasang makhluk fana yang menjadi teramat bahagia
saat kita berdua mengaitkan jari, berjanji setia


aku menyelipkan namamu dalam tiap sujud sembahku yang tak sempurna
tidak, aku tidak minta Tuhan harus menjodohkan kita
aku hanya berujar pada-Nya, "apapun yang terjadi, berikan yang terbaik baginya,.."
"...jadikan ia selalu bahagia dan jangan biarkan siapa pun menyakitinya,..."
"...ukirkan senyum itu selalu, di wajahnya. karena senyum itulah, kurva terindah dalam dirinya"


jika kemudian kamu menjadi poros pergerakan duniaku, 
itu sudah sewajarnya.
aku merapat padamu laksana bulan mengelilingi bumi
tidak pernah bergeser, tak berniat beringsut sedikit pun,
...dari sisimu


ah ya, kau pastilah makhluk hidup kedua terindah di seluruh jagad raya
...karena jika Tuhan punya sesuatu yang lebih elok darimu,
mungkin Ia akan menyimpan-Nya sendiri...


lalu tentang caramu menatapku diam-diam dari spion motor,
dan aku tersipu malu dibuatnya...
tentang sebuah cincin yang melekat di jari manisku,
..dan jari manismu,
terima kasih....


satu lagi, sayang...
bayangkan aku menempelkan dahiku ke dahimu,
tepat seperti yang kulakukan malam itu,
kau tebak apa yang ku katakan padamu dalam hati, hanya dengan saling menempelkan dahi.
ya, aku bilang "Aku sayang kamu"....




Category: 0 komentar