Sesuatu selalu terjadi tanpa diduga. Seperti pertemuan kita.
Kau masih sama seperti yang kukenal berbulan lalu. Masih dengan senyummu, masih dengan caramu yang gemas memandangku, masih dengan sikapmu yang memperlakukan aku seperti adik kecilmu yang kau sayang, masing dengan segala hal yang pernah kita lewati bersama.
Kau tanya, "Bagaimana perasaanmu melihatku lagi ?". Aku senang, bahkan orang buta pun pasti melihatnya dari tawaku yang berhamburan sejak kau datang. Tapi ini lebih dari sekedar sebuah senang. Ini perasaan yang aku gambarkan sebagai sekeping puzzle yang terpasang tempat di tempat seharusnya keping itu berada. Ya, aku merasa pertemuan kita hari ini adalah konspirasi semesta. Inilah hari dimana satu lagi platform langkah hidupku tersusun sesuai dengan jalurnya.
Kita sudah jauh berbeda. Meskipun nyatanya kau bilang aku masih sama seperti yang dulu. Tapi aku bilang ini berbeda. Bohong jika aku bilang hatiku tidak tergetar sedikit pun saat menatapmu. Tapi aku memahami ini sebagai retakan kenangan yang berkelebat dalam pikiranku, tidak lebih. Aku tidak akan tersandung karena batu yang sama. Aku tidak akan menabrak lagi kaca yang sama, di tempat yang sama.
Banyak yang ingin kubagi, karena begitu banyak hal terjadi setelah kita tidak lagi bertemu untuk sementara waktu. Tapi hampir semua cerita yang ingin aku ceritakan hilang. Aku hanya ingin menikmati waktu kita, menertawakan semua cerita lama yang ada. Menertawakan sesuatu yang pernah aku tangisi dahulu kala.
Hari ini aku sadar satu hal. Apa yang aku lakukan dulu tidak salah. Aku bersamamu, bukanlah hal yang salah. Dan aku pernah memilikimu, adalah sesuatu yang benar-benar terjadi. Ya, aku memilikimu. Mungkin dunia melihat aku kalah. Namun dibalik itu, akulah yang memenangkan pertempuran ini. Aku yang masih berdiri dengan tegar tanpa menoleh ke belakang, aku yang bisa tertawa dengan lepas tanpa rasa cemas, aku yang tidak takut apapun karena hari-hari burukku sudah berlalu, aku yang tidak takut orang lain merebut apa yang aku punya; karena aku sangat yakin aku bisa mempertahankannya, aku yang masih memiliki harga diri dan kebanggaan karena berani memilih.
Lembaran baru sudah dimulai dalam bundel kisah kita. Bukan sepasang kekasih, belum bisa disebut sahabat, tidak bisa pula dikatakan teman biasa. Ah, aku tidak mau terburu-buru memikirkannya karena ini hanyalah salah satu dari banyak kisah yang ada. Nanti pasti aku akan temukan kata yang tepat untuk menamai "kita" yang baru.
NB : Terima kasih, Waktu. Kau menguatkanku lebih dari yang siapapun bisa berikan. Kau menghapuskan semua memori dan sakit lebih dari yang penghapus apapun bisa lakukan. Kau membuatku berani lebih dari yang hantu manapun bisa hadiahkan. Waktu, kau segalaku.
0 komentar:
Posting Komentar