Masih sama.

Yang aku tahu, aku membayangkanmu setiap aku membuka mata di pagi hari.
Yang aku tahu, aku membayangkanmu setiap aku hampir terlelap. 
Yang aku tahu, aku mengingatmu di setiap waktu luang dan tak luangku.
Yang aku tahu, sebentar-sebentar aku mengingatmu.

Aku tidak mengharap banyak, karena siapa aku ?
Apa hakku hingga aku bisa menuntut padamu ?
Aku hanya menjalani hari.
Dulu, dengan ucapan selamat pagimu, ketika aku membuka mata.
Ditutup dengan suara malaikatmu di malam hari, yang mengalun di telingaku ketika aku akan menutup mata.

Sekarang masih sama.
Masih kamu pembuka dan penutup hariku.
Dengan bayangan wajahmu yang melintas di imaji, ketika aku membuka mata.
Dilengkapi dengan bayangan wajahmu (lagi) di malam hari, yang mampir ke dek kenangan dalam otakku, ketika aku akan menutup mata.

Sudah puluhan, mungkin ratusan kali aku bilang "Aku benci kamu".
Sudah berulang kubilang "Aku selesai denganmu".
Nyatanya ? Sampai hari ini semuanya masih berbau "Kamu".
Masih penuh seluruh tentang "Kamu".

Apa namanya kalau sebentar benci, kemudian sebentar selanjutnya rindu ?
Apa namanya kalau sebentar aku berniat mau melupakanmu, selanjutnya aku ingat lagi ?
Apa namanya kalau aku hapus nomermu, tapi nyatanya nomermu sudah kuhapal luar kepala ?
Apa namanya kalau aku bilang kamu sudah berlalu, tapi mimpiku masih penuh denganmu ?

Ah, terbuat dari apa hatiku ? Terbuat dari apa hatimu ? Mengapa aku lebih memikirkan gengsi daripada langsung saja menelponmu ? Mengapa kau lebih mengutamakan benci ketimbang menjawab teleponku ? 

Tanya saja terus sama rumput, ah, jangan rumput. Disini ga ada rumput. Tanya saja sama asbes yang tertiup angin di atas kosan. Tanya sampai berbusa juga dia ga akan jawab.
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar