Apakah semakin toleran orang, bisa dikatakan bahwa ia semakin dewasa ?
Pikiran konyol sempat melintas barusan saja. Apakah ketika kita toleran, berarti kita sudah lebih dewasa menyikapi sesuatu ? Toleran adalah menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Bukankah ketika kita menyayangi seseorang, kita akan lebih toleran padanya ? Memberikan kelonggaran, pemakluman yang lebih untuk dia ? Selama toleransi yang kita berikan masih dalam batas wajar, tentu saja.
Ketika orang itu membuat suatu kesalahan yang, yah, kita anggap masih bisa diterima akal dan batas kewajaran, kita pasti akan bersikap toleran padanya. Kita akan memaafkan kesalahannya, menerima tindakannya, membiarkan perbuatannya, yang kita anggap masih dalam batas wajar untuk ditoleransi.
"Pernahkah aku toleran kepada orang lain ?". Itu yang masih aku pikirkan. Karena sejujurnya aku egoistis. Yang menjadi nomor satu hanya "aku". "Untukku", "milikku", "giliranku". Semuanya serba-ku. Tapi kenapa aku berbeda saat aku di dekatmu ?
Kau milikku, setidaknya itulah yang aku rasakan dalam hatiku. Kau milikku, setidaknya itulah yang aku tahu. Tapi aku tahu kau bukan saja milikku. Salahkah jika ada rasa "tak rela" saat kau bersamanya ? Kelirukah kalau aku menjadi merasa "aku bukan satu-satunya" untukmu ? Aku memang tidak tahu pasti apakah aku satu-satunya. Aku hanya tahu aku ingin kau selalu bersamaku. Selalu disisiku, menghabiskan waktumu denganku. Bukan dengan yang lain. Egoiskah aku ?
Sepertinya aku tidak pandai berbohong. Saat kau menemuiku, aku hanya tersenyum lebar. Tanpa kemarahan. Tanpa ekspresi tidak suka. Tapi hatiku sedikit, sedikit saja tergores. Sudahlah, aku akan mencoba mengerti (dan memang harus mengerti). Semoga nanti aku bisa lebih baik lagi. Kau tahu Romeo, aku tidak mau kehilanganmu. :)
0 komentar:
Posting Komentar