Tengah malam dengan suasana yang berbeda. Suara Pitbull dengan music nge-beat berdebam. Ya, mengguncang malamku. Serasa berada di pusaran dimensi lain yang amat asing. Aku kacau. Benar-benar kacau.
Musik memang menggila. Tapi hanya masuk ke telingan kanan dan keluar lewat telinga kiri. It's so not me, right ? Aku merindukan seseorang di tengah suara-suara yang menggila. Aku merindukan"nya". Tepat di saat aku sudah berjalan jauh, nyaris lupa padanya. Tapi ini berulang, circle-nya berputar-putar saja. Hanya sampai pada "nyaris lupa". Yang berarti tidak benar-benar lupa.
Puzzle hidupku berceceran lebih banyak dari sebelumnya. Masalah datang silih berganti dan aku tidak tahu harus hadapi yang mana dulu. Ini sulit, karena aku sendiri. Tidak ada pundak, tidak ada tangan yang menahan, bahkan tak ada kata-kata motivasi. Aku sedang tersesat. Harus kemana aku ?
Sampai lelah aku tanyakan "kenapa?" kepada diri sendiri. Aku tahu diri. Aku tidak akan mengejarmu. Rindu tidak cukup dijadikan alasan untuk mencoba menembus tembok "kamu dan aku". Hah ! Sungguh menggelikan karena yang ada "kamu dan aku". Bukan kita. Tuhan benar-benar tahu cara menghukumku.
Aku sudah sangat keras mencoba, dan masih mencoba menutup buku kenangan kita. Tapi entah kenapa ini rasanya tidak pernah berubah dan tidak pernah berakhir. Aku mulai menutup bukunya setengah, lalu kau datang tiba-tiba membuka bukunya terhampar di depanku. Kapan aku bisa lupa kalau begini caranya ?
Satu kalimat saja dan kau berhasil menghancurkan lagi pertahananku. Beri tahu aku bagaimana caranya menghapusmu. Beri tahu aku sekali saja.
Kamu mungkin bisa saja mati besok. Tapi kau tahu, aku sangat yakin kenangan tentangmu bahkan berumur lebih panjang dari pada kamu.
NB : Haruskah kumohon padamu, untuk kita tetap bersama ? Haruskah aku memohon padamu untuk bersedia mengulang hari-hari sederhana tapi berwarnaku yang pernah kau hadirkan ? Apa dosa kalau aku hanya minta, "Tetaplah menjagaku, tersenyum untukku, membagi tawamu, bersamaku." Tidak tahukah kau, bahwa senyummu berharga, bagiku ?
Bahkan ketika itu hanya berbentuk sebuah "titik dua" dan "kurung tutup" yang kau kirim ke ponselku.
NB : Haruskah kumohon padamu, untuk kita tetap bersama ? Haruskah aku memohon padamu untuk bersedia mengulang hari-hari sederhana tapi berwarnaku yang pernah kau hadirkan ? Apa dosa kalau aku hanya minta, "Tetaplah menjagaku, tersenyum untukku, membagi tawamu, bersamaku." Tidak tahukah kau, bahwa senyummu berharga, bagiku ?
Bahkan ketika itu hanya berbentuk sebuah "titik dua" dan "kurung tutup" yang kau kirim ke ponselku.
0 komentar:
Posting Komentar