Waktu berjalan teramat cepatnya. Seperti baru kemarin aku membaca mention pertamamu di twitter. Pada kedipan mata selanjutnya, kita bertemu untuk pertama kalinya. Kedipan berikutnya, aku sudah bersamamu. Kedipan lainnya, aku menggenggam erat tanganmu. Malam ini.
Tanpa kau tahu, setiap kita bersama, aku merapal doa dalam hati. Aku berdoa, semoga waktu malas bergerak, masih tetap di jarum jam panjang-pendek-detikan yang itu-itu saja. Agar malam bertahan lebih lama sedikit, kalau bisa sih banyak, biar aku bisa lebih lama bersamamu. Konyol. Iya, aku tahu memang konyol...
Tiap menatapmu, selalu terlintas di benakku kamu "kecil". Kau yang masih berumur kurang lebih 34 bulan, berlarian kesana kemari, tertawa dengan lepas. Menimbulkan kekacauan kecil di rumah, membuat kenakalan-kenakalan yang biasa dilakukan anak-anak seumurmu. Makan nasi dengan sedikit kecap, berlaukkan kerupuk; sama seperti aku juga ketika masih kecil. Ah ah, Yudhit junior. (:
Ada saat-saat dimana aku merasa, kau sangat sempurna. Kau terlampau sempurna........untuk kumiliki. Kalau aku tidak melihatmu makan, minum, tertawa ngakak, mencubitku - dan lagi, sudah kupastikan kau tidak memiliki sayap- , mungkin aku sudah menganggapmu malaikat; karena kau tak pernah salah. Tapi untuk ukuran manusia, kau lebih, kau istimewa, kau berbeda. Sedangkan aku ? Aku sama seperti manusia kebanyakan, bahkan mungkin dibawah rata-rata. Sampai hari ini aku masih menerka-nerka dalam hati, mengapa kau bisa (seperti pengakuanmu) jatuh cinta padaku. Apakah aku.................pantas ?????
Jangan tanya apa aku takut. Ya, tentu saja, aku takut. Aku (masih) takut kehilanganmu, dan akan TETAP begitu. Mungkin aku hina kalau aku berharap diam-diam dalam hati, berharap Tuhan berbaik hati, berkenan menyandingkanku denganmu, menyandingkan kita. Aku bahagia bersamamu. Aku merasa hidup. Aku merasa tidak ada siapapun atau apapun yang sanggup menyakitiku, selama aku di pelukanmu. Aku aman. Aku merasa aman.
Ya, kau tahu aku berbeda karena dunia membentukku berbeda. Hanya dua hal yang aku jadikan analgesik andalanku, dua hal yang bisa meredam semua rasa sakitku; adalah mencintaimu dan merealisasikan semua mimpi masa depan kita. Aku tahu sudah dalam fase kecanduan analgesik, kecanduan kamu. Aku tak peduli.
PS : Kalau aku mutan dan aku bisa bikin hancur semua makhluk hidup yang aku sentuh, aku juga pasti lebih milih pakai serum penyembuh supaya jadi manusia normal. Biar bisa sentuh kamu. Biar bisa peluk kamu.
Ah, maaf. Jangan baca PS-nya. Bagian PS-nya sangat tidak penting.
0 komentar:
Posting Komentar