...karena hidup itu sama seperti main game. Kamu harus tahu memilih senjata yang tepat, kamu harus tahu kapan saat yang pas menggunakan senjata pilihanmu. Aku sudah makan garam, gula, asam, paitnya hari-hari. Aku tahu mereka, aku kenal mereka. Lebih dari yang -anak ingusan macam kamu- ketahui. (:
Ya, aku tidak menyukaimu. Bukan karena kau pernah menjadi duri dalam hidupku. Tapi karena kau sudah bertingkah sepalsu itu di belakangaku. Kita sama-sama tahu dia mempermainkan kita. Kita sama-sama tahu dia menyakiti masing-masing dari kita. Aku masih punya harga diri dan aku merasa diriku bukan keset, jadi aku putuskan aku selesai bersamanya. Iya, aku relakan dia bersamamu. Karena aku tahu betapa sakitnya posisi kita, betapa tidak adilnya.
Lalu belakangan aku tahu, bahwa kau memohon-mohon padanya agar jangan ditinggalkan. Dia menunjukkan semua pesan singkatmu, menunjukkan kau rela dijadikan yang kedua, asal jangan ditinggalkan. Lalu bagaimana dengan kata-katamu yang bilang "Nanti kita beri dia pelajaran?". Sejujurnya aku tertawa geli membaca kata-katamu itu. Jangankan memberi dia pelajaran. Kau sendiri saja belum bisa mengendalikan galaumu, masih rela merendahkan diri memohon pada seseorang yang bahkan -MENGANGGAPMU TIDAK MEMILIKI HARGA-. Kau mulai permainanmu, kau bersikap polos. Tapi aku tahu kau tidak sepolos itu. Ya, kau punya permainan, aku pun. Dia adalah kunci permainan kita. Kau anggap ini sebagai perlombaan? Kau anggap dia sebagai pialanya? Kau hanya sedang memulai permainan yang tak kau kuasai medannya. Kau percaya padanya, kau telan kata-katanya begitu saja seperti menelan nasi basi yang terlanjur kau kunyah. Atau kau masih kurang percaya dan menganggap aku yang kegatelan ingin bersamanya? Apa kau ingin membaca semua pesan singkat dan bbm yang dia kirimkan untukku supaya lebih percaya dan sakit hati? Kau menilaiku seenak hatimu, orang yang bahkan tak pernah kau temui. Haha. Lucu sekali. Dan lagi, dia katakan bahwa dia tidak pernah mendeklarasikan hubungan kalian, dalam artian jadian. Dia bilang kalian hanya sebatas dekat saja. Begitu?
Bukan salahku jika aku tak tahu dia bersamamu. Adakah status hubungan? Adakah foto berdua? Bahkan dia mengaku single pada sahabatnya, yang mengenalkan kami berdua. Pun aku sudah tinggalkan dia, bukan? Lalu apa salahku, kalau dia datang, meminta, memelas, menangis, memohon satu kesempatan? Bukan, bukan salahku. Jangan kau salahkan aku jika dia lebih memilih kembali padaku waktu itu. Itu salahmu sendiri karena kau tidak mengenalnya. Tahu apa kau tentangnya? Seberapa banyak informasi yang kau terima tentangnya? Kau tahu tentang keluarganya? Kau tahu saudara-saudaranya? Kau tahu cerita masa lalunya? Kau salah memperlakukan dia dan kau menyalahkanku atas kebodohanmu sendiri? Itu sangat bayi. Kau tidak bisa menghargai dirimu sendiri. Mahalkanlah dirimu. Jangan diobral semurah itu.
Aku selalu benci semua orang yang menilai tanpa mengenalku. Aku selalu benci, karena mereka membuat pandangan sendiri tentang siapa aku. Jangan kira aku menghadapi masalah semacam ini hanya sekali. Tidak. Aku sudah pernah mengalaminya. Di masa yang lalu ketika aku sudah dua tahun bersama seseorang, datang wanita lain, kegatelan, berusaha merebut orang yang aku sayangi. Aku suka wanita itu karena dia jujur. Dengan berani dia bilang dia menyukai kekasihku dan mengatakan ingin merebutnya. Terang-terangan. Aku hanya tersenyum dan memberikannya kesempatan untuk merebut kekasihku. Kau tahu apa? Dia tidak berhasil. Dia mengakui bahwa tidak mampu membuat kekasihku jatuh cinta padanya, dia menyerah, dan kami bersahabat setelah semua masalah itu selesai. Dia berani, dia jujur. Dia tidak licik sepertimu. Kau bersikap rela di depanku, berbaik-baik. Tapi di belakangku? FYI, dia jadi pacarku mungkin beberapa lama setelah dia dekat denganmu. hanya hitungan hari, bahkan mungkin Minggu. Baru berapa lama dia dekat denganmu, dia sudah bersamaku. Apakah aku pernah menghinamu di twitter ketika kita bermasalah waktu itu? Tidak, aku merasa tidak punya hak menghinamu karena aku tidak mengenalmu. Bertemu muka pun tidak. Jadi atas dasar apa aku mau menjelekkanmu? Aku tidak berhak sama sekali.
Jika kau merasa dia jatuh cinta padamu, ya, kau boleh berharap. Dia bersamamu karena suatu alasan. Bukan karena benar-benar mencintaimu. Ada beberapa orang yang terlalu bodoh dan gampang dimanfaatkan, jadi salah siapa? Salah siapa kalau kau mungkin terlalu mudah dimanfaatkan? Atau kau memang senang dimanfaatkan asalkan bisa lebih lama dekat dengannya? Belajarlah sesuatu, nak. Aku tidak menyukai mannersmu, memang. Tapi di sisi lain aku kasihan melihatmu. Tapi sudahlah. Aku tidak peduli. Itu duniamu, deritamu.
Jadi pelajaranmu, mahalkanlah hargamu, hargai dirimu sendiri, berhentilah ngejugde orang yang tidak kau kenal, berhentilah menjadi cewek pengecut (kau belum pantas disebut wanita karena kau masih seperti itu). (:
0 komentar:
Posting Komentar