Letter to Romeo. Sebuah Pengakuan.

kularung rindu di hamparan samudra memori kita
kuharap ia tersampaikan bersama frekuensi alpha dalam lamunku
karena rinduku padamu teramat sedap, tak terperi
kuramu dari sebaris garis indah mata dan segenggam buncahan tawamu
yang tergambar jelas di benakku, 
yang kusaksikan di suatu senja yang bergulir
dimana disana ada kau dan aku, bersama menyapa senja
dimana senyummu elok terbingkai langit sore cakrawala
semoga rinduku segera berlabuh di dermagamu...


Romeo, maafkan jika aku datang tanpa permisi ke kehidupanmu. Lalu kemudian aku merasa nyaman di dekatmu. Lalu kemudian aku mencintaimu teramat sangat. Membuatmu harus berada dalam kondisi ini. Dalam kondisi dimana kita saling bergandengan tangan tepat di antara teralis besi yang memisahkan kita. 

Aku tahu sudah banyak menyusahkanmu. Maafkan aku, membuat hubunganmu dengan Doni menjadi sebegini rumitnya. Aku hanya mengikuti, mengikuti hati, mendengarkan kalimat yang dibisikinya padaku. Lagipula Romeo, kau tahu, penggenap jiwaku bukan Doni. Tapi kamu. Ya, itu kau, Romeo. Seperti yang kita berdua sama-sama ketahui.

Aku sudah menjawab perasaan Doni. Aku katakan aku tak bisa menjadi kekasih hatinya. Saat aku mengatakannya, aku tahu Doni kecewa, ia teramat kecewa. Namun, adakah lagi pilihan lain untukku ? Aku tidak ingin bersama Doni sedangkan yang ada di hatiku adalah orang lain. Awalnya Doni mempertanyakan mengapa, apa kurangnya ia hingga aku tak bisa bersamanya. Setelah aku jelaskan bahwa sudah ada orang lain yang mengisi hatiku, ia cukup mengerti. Ia hanya tersenyum tipis dan mengatakan bahwa ia menerima keputusanku, kendati itu tak sesuai dengan yang diharapkannya. Aku amat lega mendengarnya. Doni memang tak tahu bahwa yang kucintai dengan hatiku penuh seluruh adalah kau. Romeo-ku yang senantiasa mengisi hari-hariku tanpa kuminta. Yang menghiasi mimpiku tanpa kunyana....

Aku tak tahan lagi, Romeo. Setelah aku mengatakan penolakankku pada Doni, aku segera menghambur ke kost-mu. Aku mendatangimu malam-malam tanpa janji, hanya intuisi yang meyakinkanku bahwa kau sedang di kamar mendengarkan lagu-lagu. Ya, sejak orangtuamu diharuskan pindah kerja, memang kau harus mulai hidup sendiri di kota ini. Aku tidak sering ke tempatmu, karena kamu yang lebih sering menemuiku. Tepat ketika aku sampai di kost-mu, aku segera masuk menuju kamarku. Pintu kamarmu terbuka, tapi kau tidak ada di kamar. Aku hanya sekali ke kost-mu saat membantumu pindah. Saat aku masuk, aku melihat sesuatu yang membuatku terperanjat. Di dinding kamarmu, tepat di samping tepat tidurmu, ada fotoku yang kau tempelkan. Fotoku kau cetak dalam ukuran cukup besar dan tidak hanya satu foto. Ada lima foto yang kau tempel. Fotoku ketika kita pergi ke pantai, fotoku dalam konsep candid yang rupanya kau ambil saat aku sedang mencuci piring, fotoku saat aku sedang tertawa menghadap kamera dengan jari membentuk V, fotoku ketika memakai gaun biru, dan foto kita berdua yang kita ambil sekitar beberapa bulan lalu. Ketika aku tengah memandangi foto-foto itu, kau masuk kamar dan terkejut melihatku disana. Aku menatapmu, begitu pula sebaliknya, kau menatapku.

Yang terjadi selanjutnya hanya aku yang menangis tersedu-sedu sambil menceritakan penolakanku pada Doni barusan. Kau mendengarkan dengan tegang dan kuatir. Sampai akhirnya terucap kata yang paling tabu itu dari bibirku, "Kau tahu mengapa aku menolaknya Romeo ? Karena aku MENCINTAIMU !! Iya, KAMU !!". Kau tersentak dan terdiam. Kau ucapkan, "Kau sadar dengan yang kau katakan?". Aku meyakinkanmu bahwa aku serius. Lalu dengan lirih kau menimpali, "Aku juga mencintaimu". Oh, Tuhan !!!!!

Kemudian kau merengkuhku dan menanyakan, apakah aku tahu apa yang akan terjadi jika kita bersama. Aku mengangguk. Kau mengangkat daguku, aku menatapmu. Kau tidak berkata apapun selama beberapa detik, tapi aku tahu. Kau sekali lagi sedang mengucapkan "Aku mencintaimu". Tanpa sepatah kata-pun. Tatapanmu sudah membuatku paham, kau mencintaiku teramat sangat. Bahkan mungkin lebih dari aku mencintaimu.......



Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar