Bulan separuh, itulah kau, Unguku. :)




Merapatlah ke jendela kamarmu, Ungu. Jengukkan kepalamu keluar. Tataplah langit malam ini. Sudahkah ? Segera !!

Iya, ada bulan yang sedang penuh seluruh. Cakap memang. Tadi aku teringat padamu ketika aku menatap bulan setampah itu menggelayut di awan-awan. Aku mamandangnya tepat ketika melintas di depan gereja. Tepat benar ketika gereja juga sedang membunyikan lonceng. Lonceng gereja, bulan di langit, kali yang kita lewati sore-sore, lengkap bukan ? Secara otomatis memoriku langsung memilih memori tentangmu. Namun tetap sajalah, bulan tak setampan jikalau hanya separuh. Bulan sabit lebih menggelora auranya, karena ia begitu istimewa. Seperti kamu, yang tidak sempurna tapi sudah sangat tampan, bersaing benar dengan bulan. :))

Kau luar biasa, karena kau mungkin adalah satu-satunya lelaki yang menumpahkan kubangan inspirasi dan berjuta rasa ke hadapanku. Ingatkah kau berapa puisi kubuat tentangmu ? Bisakah kau hitung berapa kalimat rindu yang mungkin jika kutulis, rinduku sudah memenuhi sebuah botol dengan jumlah ratusan ? Tahukah kau berapa tulisan kubuat karena aku merindukanmu namun aku tak mampu sampaikan ? Banyak, Ungu. Kau bagai mata air inspirasi, oase puisi dan rindu yang tak pernah ada keringnya.

Ah, Ungu. Wanita mana yang mengisi hatimu sekarang ? Wanita mana yang begitu beruntung mendengarkan suara malaikatmu setiap malam ? Aku iri bukan main padanya, Ungu. :')

Ungu, kau tahu ? Aku rindu padamu. :))
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar