19.03
PHP. Apaan sih ? Semacam software pembuat web ? PHP ? Bukan.
PHP disini istilah gaul buat Pemberi Harapan Palsu. Kita misalkan sebagai
seorang pelanggan operator seluluer, yang melihat iklan di TV tentang betapa
murahnya menelpon dan SMS menggunakan provider X. Kemudian konsumen tersebut
segera mendatangi konter nomor perdana terdekat saat itu juga ditengah siang
hari bolong dan membeli dengan penuh semangat kartu seluler tersebut.
Sesampainya di rumah dia segera mengaktifkan kartu yang bersangkutan dan dengan
menggebu - gebu mencoba menelpon kekasih hatinya (atau gebetannya, atau pacar
gelapnya, atau siapalah itu ya) untuk membuktikan murahnya tarif yang digemborkan
dalam iklan di TV tadi. Namun kiranya dia lupa bahwa selalu ada hukum
"Syarat dan Ketentuan Berlaku". Baru beberapa lama dia menelpon,
suara tut - tut - tut pertanda pembicaraan terputus sudah terdengar. Orang
tersebut kemudian mulai memandang layar HPnya dengan masygul,mulai menekan
keypad dan mengecek pulsa, kemudian melangkah gontai sembari membawa tambang
untuk mengakhiri hidup dengan gantung diri di pohon cabe. Kemudian orang tua si
korban terkejut membaca surat wasiat korban di kamar yang berisi "Mama,
Papa, maafkan ananda. Ananda sudah tidak mampu lagi menahan derita ini. Ananda
telah ditipu mentah - mentah dengan keji !!" dan mereka mulai menangis,
lalu...ah sudahlah. Kok jadi melantur kemana - mana. Kasarnya PHP itu penipuan
secara halus, dan korban PHP itu adalah pihak yang tertipu secara sadar.
Pemberi Harapan Palsu. Sebenernya menurutku istilah ini
mungkin kurang tepat ya. Kenapa ? Karena sebenernya harapan itu tidak selalu
berasal dari orang lain. Kenapa ada istilah pemberi harapan palsu ? Karena ada
Penerima Harapan Palsu. Harapan itu munculnya bisa dari diri sendiri, karena
kita ciptakan harapan itu sendiri. Kondisinya adalah, kita tidak mungkin
berharap sama seseorang kalau kita memang sejak awal tidak berharap apa - apa
dari dia. Dia bisa dikatakan memberi kita harapan, karena kita biarkan diri
kita berharap pada orang tersebut. Misalnya, ada seorang cowok baik sama kita,
terus kita negrasa nyambung ngomong sama dia. Dari "nyambung", lalu
hati kita mulai menggumam "Mungkin orang ini bisa menjadi seseorang yang
nantinya menjaga dan menemaniku. Dia baik, perhatian, manis padaku. Ah, mungkin
dia orang yang kucari". Dari gumaman itulah akhirnya harapan mulai
bertunas di hati kita. Yang akhirnya kita siram dengan hari - hari indah bersamanya,
yang selanjutnya kita pupuk dengan mimpi - mimpi indah bersamanya. Maka
terjadilah yang namanya "Pengharapan", pengharapan kita akan
seseorang itu. Orang yang kita harapkan, kadang - kadang tahu bahwa kita
mengharapkan dirinya. Ada yang memanfaatkan itu, dan ada yang memilih
memberikan batasan agar harapan kita tidak semakin jauh. Yang memilih
memanfaatkan, bisa bersikap lebih baik kepada kita, sering memberi hadiah,
menghujani kita dengan kalimat manis, yang pada akhirnya membuat kita makin
mengharap. Yang memilih memberikan batasan, kelompok ini lebih berperi
kemanusiaan sehingga sejak awal sudah memberikan batasan secara jelas tentang
status masing - masing orang dalam hubungan tersebut, tentang apa yang bisa dan
tidak bisa didapatkan, tanpa ada sesuatu yang sifatnya kabur atau abu - abu.
Cukup jelas kan ? :)
Sebenarnya, sadar atau tidak, korban PHP itu sudah tahu atau
setidaknya merasa bahwa dia sedang masuk dalam Zona Harapan Palsu. Jauh sebelum
kegiatan PHP makin berlarut, hati kecil sudah memperingatkan "Dia tidak
benar - benar menginginkanmu" kepada si empunya hati. Namun kadang manusia
lebih percaya dengan apa yang mereka lihat, mereka percaya bahwa mereka
diinginkan, walaupun kenyataannya sebaliknya. Maka hati kecil yang berbisik
tadi akan mulai memekik dan berteriak, sedangkan si pemilik hati menyumpal
rapat - rapat telinganya dengan kapas agar tidak mendengar apapun. Pemilik hati
bukan mau mengabaikan bahwa ia punya hati kecil yang tak pernah salah menerka,
namun ia hanya sedang mabuk. Mabuk akan dengan harapan yang dia bangun sendiri,
dan semakin mabuk karena harapan yang dipupuk oleh orang yang dia harapkan.
Ketika kondisi sudah masuk fase itu, hanya diri orang itu sendiri yang bisa
memutuskan akan tetap di Zona PHP atau mulai memikirkan alternatif untuk keluar
dari zona itu. Pelaku PHP akan senantiasa bersikap samar, membiarkan hubungan
dalam area abu - abu. Pelaku menjaga agar dia tidak perlu kehilangan korban
tanpa harus memberikan kepastian dan status yang jelas. Kalau sudah begini,
hanya ada beberapa kemungkinan alternatif pilihan yang paling masuk akal untuk
mulai dipikirkan si korban PHP. Di antaranya adalah sebagai berikut :
- Pilihan pertama adalah si korban bilang dia suka sama pelaku PHP, dan meminta kepastian terkait hubungan mereka berdua. Kalo kata Armada mau dibawa kemana hubungan kita ? Pelaku akan dipaksa menjawab untuk menegaskan status mereka selama ini. Kalo akhirnya pacaran, CONGRATULATION !! Kalo akhirnya keluar kalimat sakral semacam "Maaf, selama ini aku cuma anggep kamu adik/sahabat/teman tapi mesra/teman tapi tidak terlalu mesra/teman tapi mesra tapi aku udah punya pacar/tukang kasih makan ikan aku", itu tandanya kamu positif sebagai Korban PHP.
- Pilihan kedua, Korban harus mulai meyakinkan diri bahwa pelaku tidak mencintai dia sebagaimana yang korban lakukan untuk kemudian berhenti ngarep. Alternatif yang terjadi dari berhenti ngarep ada dua. Korban sakit hati kemudian menjauh, atau korban berhasil berhenti ngarep dan tetap berteman dengan pelaku tanpa ngarep lagi. Tapi opsi yang kedua sangat sedikit peminatnya.
- Pilihan ketiga, Korban tetap di posisi menunggu di area abu - abu. Namun pada akhirnya, korban akan lelah menunggu, sehingga nantinya akan kembali kepada pilihan pertama atau kedua. Bedanya, pilihan yang pertama sama kedua itu pilihan yang bisa diambil kalo ga pengen galau lama - lama. Kalo rasa galaunya nikmat, baru pilih opsi ketiga. hehehhe.
Wanita yang menjadi korban PHP bukan wanita bodoh, bukan.
Mereka hanyalah wanita - wanita dengan hati besar dan penuh harapan. Mereka
adalah para wanita yang positif dan masih percaya bahwa "tidak semua laki
- laki" seperti Cassanova. Mereka
optimis. Namun kadang para wanita ini lupa bahwa harapan tidak harus dicari
pada diri orang lain. Harapan bisa kita ciptakan sendiri. Jalani saja
prosesnya. Efek dari PHP adalah galau, tidak diragukan lagi. Namun disarankan
tidak terlalu kuatir, karena galau adalah sebuah fase alami yang nantiny akan
membawa kita pada keadaan yang lebih baik dan lebih kuat. Ketika kita mampu
melewati itu, kita akan menjadi selevel lebih kuat dari kita sebelum menjadi
korban PHP, terlepas dari opsi manapun yang kita pilih. Cukup dengarkan apa
yang hatimu mau. Kalo dia bilang "Tunggu laki - laki itu", maka
tunggulah. Jika hatimu berbisik "segeralah pergi", maka pergilah.
Tidak usah terlalu memaksakan diri memikirkan apa yang harus kamu lakukan. Pada
akhirnya hatimu lebih tahu dia harus mengambil jalan yang mana :)
0 komentar:
Posting Komentar