Hari-hari bersamanya teramat indah. Seperti berjalan di atas awan, melayang menembus langit bertabur bintang, duduk di atas bulan sabit. Seperti mimpi karena teramat indahnya. Sama halnya dengan semua mimpi, pasti ada saat untuk terjaga; dan aku benci setiap momennya. Aku ingin tetap bermimpi, tanpa pernah terjaga...
Ketika bersamamu, jam berjalan secepat menit, menit berjalan secepat detik. Sejam, dua jam, berlalu begitu saja tanpa disadari. Nanti jika kau mulai memakai jaketmu, mengemasi semua barang, memelukku, mencium pipiku dan bilang "Aku pulang dulu ya.", waktu akan kembali berjalan normal. Aku benci harus melihat punggungmu menjauh, mencium tanganmu dan bilang agar kau hati-hati di jalan. Ya, aku selalu benci saat-saat itu. Karena ketika aku harus menutup gerbang setelah kau pergi, itulah saat dimana waktu memaksaku untuk terbangun dari mimpi. Ketika kau (entah) diamana dan aku di kamarku, sendiri, aku mulai berpikir tentang apa yang sedang kau lakukan, apa yang sedang kau pikirkan. Adakah namaku berpusar di otakmu; seperti halnya garis wajahmu terus tergambar di kepalaku ? Aku selalu merindukanmu. Aku mulai merindukanmu tepat ketika aku mengunci gerbang dan kembali ke kamarku. Melihat bekas rokokmu di asbak, botol cola yang lupa kau buang. Aku hanya berharap bisa kembali ke detik dimana kau masih disini.
Saat kau pergi, ya, aku merasa sendiri. SMS-mu pun hanya mampir ke handphone-ku sesekali. Tiap beberapa menit aku mengecek hp, sekedar memastikan tidak ada SMS-mu yang lupa kubalas. Tapi seringkali, aku hanya mendapati hp-ku tanpa pesan darimu. Aku mulai mengatakan pada diriku bahwa kau sibuk. Tapi hatiku mulai berteriak, “Sesibuk apapun dia, kalau dia sayang kamu, dia pasti sempatkan waktu untuk menemanimu !!”. Ah, aku jadi bingung sendiri. “Apakah kau sayang padaku?” adalah pertanyaan selanjutnya yang sering datang ketika kau menghilang berjam-jam lamanya. Seringkali aku merasa ini sangat membosankan, melelahkan. Tapi nanti ketika kau datang, dan mengucapkan sepotong “Hey..” sambil tersenyum manis, aku lupa hari-hari lelahku menunggumu. Ya, aku benar-benar lupa. Aku benci selalu lupa akan waktu yang kuhabiskan untuk menunggumu. Ah, aku memang benar-benar mencintaimu, bukan ?
Aku suka caramu menatapku, aku suka caramu menggenggam tanganku, aku suka caramu mengelus rambutku, aku suka caramu merajuk ketika kau merasa bersalah. Mungkin aku sudah gila. Tergila-gila padamu, tentu saja. Tapi biarlah. Jika memang aku gila, aku tidak ingin sembuh. Tergila-gila padamu jauh lebih menyenangkan daripada menjadi orang waras seperti banyak orang di luar sana.
Apakah aku berlebihan ? Aku hanya merasa tidak ada cara yang tepat untuk membuatmu tahu bahwa aku menyayangimu, aku mencintaimu, kau segalaku. Aku berusaha sembunyikan ledakan di dadaku tiap aku melihatmu. Karena jika tidak kutahan, mungkin aku langsung akan menghambur ke pelukanmu tiap kita bertemu. Karena jika tidak kutahan, mungkin aku bisa memelukmu berjam-jam tanpa kulepas. Karena jika tidak kutahan, mungkin aku akan minta siapapun mengunci kamarku dari luar supaya aku tidak harus melihat momen yang kubenci itu, momen ketika aku menyaksikan punggunggmu menjauh dari gerbang. Ah cinta, mengapa kau begitu menjeratku ?
Aku rasa bilang "sayang" seribu kali pun tidak cukup menggambarkan apa yang aku rasakan padamu sekarang. Sejuta kata "cinta" juga tidak sedikit pun bisa memberikan ilustrasi tentang apa yang ada di hatiku. Mungkin aku harus mulai memikirkan satu kata baru yang artinya lebih dari sekedar "sayang”, yang maknanya berlipat-lipat dari kata "cinta", untuk membuatmu tahu bahwa yang aku rasakan jauh; sangat jauh melebihi kata "sayang" atau "cinta".
....Salahkah jika aku menginginkanmu hanya untukku saja ? Dosakah jika aku hanya ingin kau di sampingku selalu ? Mulukkah jika aku berharap bisa membuka mata dengan melihat senyummu, dan menutup mata dengan melihat senyummu (lagi) ? Aku memang sedang benar-benar mabuk. Ya, mabuk cinta padamu.
0 komentar:
Posting Komentar