Rindu kamu. Rindu kamu. Rindu-serindu-serindunya ~~~


Dear sayang,

Sudah hm....sekitar jam 01.20. Tadi memang sudah sangat mengantuk, tapi kemudian mata bersinar-sinar dengan terangnya. Langsung 100 watt. Ah, kau sudah tidur. Iya, instant messages yang ku kirim hanya menunjukkan tanda D, belum juga berubah menjadi R. Tak apa. 

Entah kenapa, aku sangat merindukanmu. Hey, jangan tertawa, kumohon. Aku tahu kita baru bertemu, baru juga berpisah sekitar beberapa jam yang lalu. Tapi sayang, sumpah demi kentang goreng yang kita makan malam ini, aku sudah sangat merindukanmu. Sepi, satu-satunya yang terasa ketika punggungmu menghilang dari pagar depan. Aku betul-betul rindu kamu. 

Aku melihat beberapa foto gunung api purba, dan entah kenapa aku jadi ingat rencana kita kesana. Setelah "Let's get lost" episode Bukit Bintang, Jalan Paris Tengah Malam-Menjelang Dini Hari, Nonton Wayang di Alun-alun dan Pantai Sadranan (yang berujung ke pantai Krakal), aku haus membuat episode lain. Tentang Solo dan Semarang, tentang Jatim Park dan BNS, tentang Papuma dan Bromo yang belum juga bisa kita kunjungi, aku haus merangkai hari gila lagi denganmu. Iya, kau tahu aku. Kau tahu betapa susahnya mengajakku sekedar pergi. Kau sudah buktikan bukan, butuh setahun sampai kita bisa pergi nonton. Tahu kau se-seru dan se-gila ini, aku pasti mau kau ajak pergi sejak tahun lalu. Eh, memangnya tahun lalu kau sudah mengajakku pergi ? Sudahlah, lupakan. Hahahha.

Pun aku rindu, dengan jalan-jalan kita ke alun-alun. Sekedar makan cilok, makan tempura dan sebangsanya. Entah kenapa, itu sederhana. Tapi kau; aku curiga mungkin kau keturunan penyihir; kau selalu bisa membuat semua jalan-jalan yang sederhana jadi amat sangat menyenangkan. Membuatku tersenyum lebar terus; sepanjang jalan dan saat sedang memutari alun-alun sambil gandengan; sampai gigiku kering, terlalu banyak tertawa. Makan mie dok-dok menjelang subuh juga terasa makan pasta di koki Joni, nikmatnya jangan ditanya. Memang ini bukan tentang apa yang kita makan atau kemana kita pergi. Ini tentang kamu yang membuatku selalu nyaman. Membuatku bahagia sampai-sampai bibirku tanpa sadar sudah mengulum senyum, tanpa sadar, tanpa kurasa.

Aku mencandu pelukanmu. Aku ketagihan menyelipkan jari-jariku di antara jemarimu. Tentang joke-mu yang klasik; tentang "bagaimana jika kita pulang ke rumah yang sama ?", aku benar-benar menyukainya. Ya, aku ingin (segera) pulang ke rumah yang sama denganmu. Jika kita pulang ke rumah yang sama, mungkin akan ku gudangkan gulingku, karena aku lebih suka memelukmu sepanjang malam. Jika kita pulang ke rumah yang sama, pulsa IM3-ku akan sangat jarang kuisi, karena yang biasa menemaniku tidur lewat telepon sudah ada di sampingku. Jika kita pulang ke rumah yang sama, bibirku tidak perlu lagi komat-kamit mengucapkan doa tidur, karena kau yang akan memimpin pembacaan doanya dan aku hanya mengikuti dalam hati. Dan jika saja kita pulang ke rumah yang sama, aku pasti jadi wanita yang paling bahagia. Bagaimana tidak ? Manusia mana lagi yang begitu beruntungnya bisa bersuamikan seorang malaikat ? (:

Sayang, kau pasti sudah terlelap di sana. Aku akan segera berbaring juga. Aku benci terlalu lama terjaga. Jika aku terjaga, rindu akan dengan leluasa menyiksaku. Membuatku merana karena ingin segera bertemu denganmu (lagi). 

Selamat malam, sayang. Tidak perlu bilang "Aku sayang kamu", kan ? Tanpa bilang pun kau sudah tahu, yang aku rasakan lebih dari sekedar itu. 
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar